Wagub Tegaskan Penghafal Quran di Jateng Berhak Terima Bisyarah Tanpa Memandang Asal KTP

By Fahroji
2 Min Read
Gus Yasin memberikkan bisyarah kepada semua santri yang melaksanakan hafalan di Jawa Tengah. (Foto: dok)

JURNAL PEMALANG – Bisyarah untuk para penghafal Al Quran, akan diberikan kepada semua santri yang melaksanakan hafalan di Jawa Tengah. Tidak memandang warga Jawa Tengah atau luar Jawa Tengah.

“Selama melakukan hafalan di Jawa Tengah, tidak memandang KTP mana, tetap dapat hadiah,” kata Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maemoen saat memberikan sambutan Haflah Khotmil Qur’an Madrasah Qur’anil Majid (MQM) Ponpes Assalafiyyah Al Mas’udiyyah Putri 02 dan Ponpes Blater Madinatul Qur’an ke 6,di Pondok Pesantren Blater Madinatul Qur’an Bandungan, Kabupaten Semarang, Sabtu 13 Desember 2025.

Siapa saja yang menghafal Al Quran di Jawa Tengah, lanjutnya, memiliki hak untuk mendapatkan bisyarah dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Harapannya, agar kebaikan dari Al Quran tersebut akan membawa berkah bagi jalannya pemerintahan.

Program bisyarah untuk penghafal Quran, telah dilaksanakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Bisyarah tersebut berupa hadiah sebesar Rp 1 juta, kepada penghafal 30 juz.

Pemprov Jateng juga memiliki program beasiswa untuk santri untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, baik kampus dalam negeri maupun luar negeri.

Dalam sambutannya, Gus Yasin menyampaikan, bagaimana Al Quran membawa umat kepada kemuliaan.

Dia mencontohkan, sahabat Nabi Muhammad yang masuk dalam katagori inklusi. Ada Abdullah Bin Mas’ud, yang tubuhnya kecil, dan kondisi fisiknya sering diolok-olok orang. Siapa sangka, justru menjadi ulama yang masyhur, dan sahabat nabi yang disegani.

Sahabat lainnya, Abu Hurairah, yang intelektualnya tidak menonjol. Bahkan, jika di tes, IQ nya di bawah rata-rata. Namun demikian, kata Gus Yasin, justru menjadi perawi hadits terkemuka.

“Pendidikan inklusi sudah diajarkan Nabi Muhammad sejak dahulu. Dan ini diimplementasikan oleh pondok pesantren, dengan menjadi pelopor pendidikan inklusi. Siapa pun diterima untuk belajar Al Quran, tidak hanya kalangan yang hebat,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, diberikan bisyarah kepada tujuh penghafal 30 juz Al Quran. Tasyakuran juga menghadirkan 86 penghafal 30 juz binnadzri, dan 145 penghafal juz 30 bil ghoib.

Tasyakuran ditutup dengan doa khotmil Quran oleh KH Mu’tashim Billah, pengasuh pondok pesantren Sunan Pandanaran Sleman, Yogyakarta.*

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *