Ini Rekomendasi WHO Pemberian ASI Untuk Bayi Usia 0 Bulan Hingga 2 Tahun

By Fahroji
2 Min Read

JURNAL PEMALANG – World Health Organization (WHO) merekomendasikan bayi baru lahir untuk diberikan ASI sesering mungkin dan tidak menghentikan menyusui meskipun sudah diberi makanan pendamping.

dr. Fisna Sintia yang bertugas di Puskesmas Warungpring, menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber bersama Bidan Anisa Victoria dalam Dialog Kesehatan dengan tema “ASI Eksklusif” di LPPL Radio Swara Widuri 87.7 FM, Rabu (12/11/2025).

“Jadi rekomendasi dari WHO sendiri, khususnya UNICEF itu yang dikeluarkan sejak dari bayi pertama kali lahir sampai usia 2 tahun,” kata dr. Fisna dalam dialog yang dipandu host Tyas Alodie itu.

dr. Fisna mengemukakan sejak hari pertama bayi dilahirkan diremomendasikan dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Kemudian rekomendasi kedua yaitu pemberian ASI ekslusif, diberikan setelah bayi lahir fase newborn sampai bayi usia 6 bulan. Setelah itu rekomendasi pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI).

Dalam kesempatan itu, dr. Fisna juga menjelaskan perbedaan ASI dengan ASI ekslusif. Menurutnya definisi ASI yaitu air susu yang diproduksi oleh ibu untuk nantinya diberikan kepada bayinya. Sedangkan ASI ekslusif adalah pemberian ASI dari bayi baru lahir sampai usia 6 bulan.

Dalam masa itu hanya ASI saja yang diberikan tanpa produk air yang lain, atau susu formula termasuk bahkan air putih pun tidak boleh.

Menyinggung IMD, dr. Fisna menuturkan bahwa inisiasi menyusu dini dilakukan tepat setelah bayi lahir, lalu diletakkan di dada ibunya supaya terjadi skin to skin kontak.

Sementara itu, Bidan Puskesmas Warungpring, Anisa Victoria memaparkan mengenai tantangan yang sering ditemukan di masyarakat pada ibu menyusui.

Menurutnya biasanya banyak terjadi ibu-ibu kurang percaya diri, padahal untuk menghasilkan hormon prolaktin supaya produksi ASInya bertambah banyak, maka ibu menyusui harus bahagia, tidak stres dan tidak cemas.

“Dengan ibu percaya diri, Insyaallah ASInya dengan sendiri akan berproduksi karena ada hormon prolaktin,” jelasnya.*

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *