“Tahun 2023, dari estimasi 73.856 (orang), tapi cakupan temuannya mencapai 85.071 (orang), atau 115 persen, (besaran itu) di atas nasional. Cakupan temuan terbanyak di Kabupaten Tegal, nomor satu nasional,” tambahnya.
Untuk itu, selain berupaya menemukan kasus, pihaknya juga terus fokus melakukan upaya pencegahan TB, upaya yang dilakukan yakni bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk, Tim Penggerak PKK.
Dikesempatan itu, ia juga mengapresiasi pendampingan yang dilakukan USAID di lima kabupaten/kota, yakni Kota Semarang, Surakarta, Kabupaten Kudus, Tegal, dan Cilacap. Pendampingan itu dilakukan selama lima tahun mulai Juli 2023 sampai Juli 2028.
“Sehingga, diharapkan Jawa Tengah bisa bebas TBC pada 2030,” tutupnya.
Sementara, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan RI, Imran Pambudi, mengungkapkan, bahwa kasus TBC masih menjadi perhatian pemerintah. Pasalnya, TBC merupakan penyakit yang berisiko pada kematian.
Dalam satu tahun, diperkirakan asa 134 ribu kematian. Artinya, setiap jam ada 15 kematian akibat TBC.
Ia menambahkan, tidak hanya membunuh, yang memberatkan adalah jika TBC menimpa anak-anak. Apalagi Jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya peningkatan kasus TBC cukup tajam.
“Secara nasional, temuan kasus TBC sebesar 40 persen, temuan TBC anak sampai 250 persen. Ini menjadi perhatian karena ada hubungan dengan stunting. Jika gizi jelek anak mudah stunting dan anak dengan TBC gizinya jelek,” tambah Imran.