Dwi P, salah satu mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) asal Aceh, mengatakan, kehadiran Gubernur Ahmad Luthfi untuk menyalurkan bantuan logistik itu meringankan beban mahasiswa. Bencana banjir membuat orang tuanya tak dapat mengirim uang bulanan kepada mereka.
“Daerah saya sangat dekat dengan kejadian bencana. Di sana listrik padam, BBM langka, dan tidak ada sinyal. Jadi komunikasi dengan orang tua sangat susah, termasuk kiriman uang bulanan terhambat,” kata Dwi.
Ia menceritakan, terjadinya bencana itu membuatnya syok. Waktu mendapat kabar pertama kali, ia kesulitan mengubungi keluarganya untuk memastikan kondisi di sana.
“Baru setelah beberapa hari, saya mendapat kabar keluarga selamat. Tapi bencana itu membuat aktifitas terhambat,” tuturnya.
Di tengah kekhawatiran kondisi keluarga di rumah dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari di tanah rantau, Dwi merasa haru dengan kehadiran Gubernur Ahmad Luthfi di asrama mahasiswa Aceh tersebut.
“Rasanya senang banget karena Pak Luthfi memberikan perhatian kepada kami. Beliau bilang siap jadi ayah kami. Dan, kami merasa Jawa Tengah seperti rumah sendiri,” ungkapnya.
Hal serupa juga dirasakan Nur Dalila, mahasiswa asal Aceh yang lain. Lala, begitu ia akrab disapa, mengatakan, kehadian Ahmad Luthfi membuat para mahasiswa asal Aceh merasa lebih tenang, nyaman, dan fokus, kembali menjalani pendidikan.
“Ya sempat tidak bisa fokus kuliah karena kepikiran orang tua di rumah. Tapi karena perhatian Pak Gubernur dan warga Jawa Tengah kami bisa lebih tenang dan kembali fokus kuliah,” ucapnya.
Kebaikan-kebaikan yang ditunjukkan warga dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membuatnya nyaman dan betah tinggal di Jawa Tengah.
“Setelah dikunjungi Pak Luthfi itu akhirnya banyak warga yang memberikan bantuan kepada kami. Warga di sini ramah dan pemerintah juga memberikan perhatian,” terang Lala.
Sementara, Ketua Ikatan Pelajar Aceh Semarang, Muhammad Haekal Halifah, mengungkapkan, ada 140 mahasiswa asal Aceh yang di Semarang. Saat ini ia dan teman-temannya masih terus melakukan pendataan.
