Sandiaga Uno: Indonesia Butuh Wirausaha dengan Pola Pikir Inovatif, Adaptif, dan Kolaboratif

By Fahroji - Redaktur
4 Min Read

JURNAL PEMALANG Universitas Paramadina mengadakan forum Meet The Leaders dengan pembicara tunggal Sandiaga Salahuddin Uno, Enterpreneur, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Periode 2020 – 2024.

Diskusi dibuka oleh Hendro Martowardojo selaku Ketua Umum Yayasan Wakaf Paramadina, dipandu oleh host program oleh Wijayanto Samirin, bertempat di Auditorium Benny Subianto, Trinity Tower Lt. 45, Kampus Kuningan, Universitas Paramadina pada Sabtu (11/10/2025).

Menurut Sandiaga, Indonesia membutuhkan lebih banyak individu yang memiliki ‘true entrepreneur mindset’, tidak hanya di kalangan pelaku bisnis, tetapi juga di sektor pemerintahan, akademisi, dan masyarakat luas.

“Rasio wirausaha Indonesia saat ini baru sekitar 3,5 persen dan belum menunjukkan peningkatan signifikan. Padahal, banyak dari 65 juta pelaku UMKM kita menjadi wirausaha bukan karena pilihan, melainkan karena keterpaksaan,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa kewirausahaan harus menjadi pilihan karir yang menarik, bukan sekadar jalan terakhir. Peningkatan jumlah wirausahawan dinilai krusial untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional dan menghadirkan kesejahteraan yang inklusif.

Dalam pemaparannya, Sandiaga yang juga merupakan Bendahara Umum Yayasan Wakaf Paramadina menekankan tiga pola pikir utama yang wajib dimiliki wirausahawan masa kini, yaitu inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.

“Inovasi berarti melihat gelas setengah penuh, bukan setengah kosong. Adaptasi adalah keberanian mengambil risiko dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Sementara kolaborasi merupakan kunci mengembangkan bisnis dan ekonomi secara menyeluruh,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa bonus demografi Indonesia hanya akan bermakna jika diiringi dengan “bonus inovasi, adaptasi, dan kolaborasi”.

Oleh karena itu, generasi muda harus ditanamkan nilai-nilai tersebut sejak dini agar mampu bersaing di pasar global.

Sandiaga juga membagikan empat kunci ketahanan dalam menghadapi dinamika global, yaitu sense (kepekaan), agility (ketangkasan), strive (semangat berusaha keras), serta membangun bisnis yang fleksibel dan tangguh.

“Sense berarti peka terhadap situasi dan tidak melakukan hal-hal yang tidak diterima masyarakat, seperti ‘flexing’. Agility adalah ketangkasan menyesuaikan diri dengan perubahan, sedangkan strive menggambarkan semangat pantang menyerah untuk terus unggul,” paparnya.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *