“Saat ini jumlah pekerja mencapai 1.500 orang. Kami memproduksi penutup kepala atau balaklava,” ujarnya.
Perwakilan manajemen, Steven Wongso, menambahkan, komposisi tenaga kerja terdiri atas pekerja lama dan baru. Ia memastikan hak-hak normatif pekerja telah dipenuhi, termasuk jaminan sosial ketenagakerjaan.
“BPJS dan kewajiban lainnya sudah kami laksanakan,” katanya.
Dalam sambutannya, Wakapolri Dedi Prasetyo menegaskan, pekerja merupakan tulang punggung perekonomian nasional. Ia menyatakan komitmen Polri dalam mendukung iklim ketenagakerjaan yang sehat dan produktif.
“Keselamatan kerja dan hubungan industrial yang harmonis harus dijaga agar produksi berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menegaskan komitmen pemerintah provinsi dalam menciptakan iklim usaha yang aman dan kondusif.
“Tidak ada premanisme. Kami menjamin kepastian hukum dan kemudahan perizinan melalui sistem satu pintu,” katanya.
Menurut Ahmad Luthfi, pembukaan kembali pabrik ini sejalan dengan strategi penguatan sektor padat karya yang didukung sekolah vokasi dan balai latihan kerja.
“Serapan tenaga kerja Jawa Tengah saat ini tertinggi di Pulau Jawa,” ujarnya.
Hingga triwulan III 2025, realisasi investasi Jawa Tengah tercatat mencapai Rp 66,13 triliun atau 84,42 persen dari target tahunan, dengan penyerapan tenaga kerja lebih dari 326 ribu orang.
Angka itu menegaskan kembali peran sektor industri sebagai penggerak utama ekonomi daerah. Dan bagi pekerja seperti Dewi dan Nurul, revitalisasi itu sebagai sumber harapan untuk menatap masa depan lebih pasti. (*)
