“Adapun enam komoditas lain yang berstatus waspada, yaitu telur ayam ras 16% di atas HAP, cabai merah keriting 41% di atas HAP, bawang putih 23% di atas HAP, cabai rawit merah 35,6%, minyak 5,7% di atas HAP, dan kedelai impor 22,8% di atas HAP,” lanjutnya.
Ia menjelaskan, sejumlah langkah antisipasi sudah mulai dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah, di antaranya menggelontorkan bantuan beras Bulog kepada masyarakat dan beras SPHP di pasaran.
Ditambahkan Nana, khusus di Jawa Tengah, Pemprov Jateng juga mengeluarkan cadangan pangan untuk membantu masyarakat yang belum menerima bantuan pangan dari Bulog.
“Kita juga mengadakan gerakan pangan murah (GPM) yang dilakukan dari Januari sampai Idulfitri sebanyak 100 kali. Saat ini sudah berjalan 75 kali,” bebernya.
Dikesempatan itu, Nana meminta kepada seluruh pemerintah daerah di Jawa Tengah, untuk disiplin melaporkan dan menginput data harga harian SP2KP.
Selain itu, juga berkomunikasi intensif antaranggota TPID termasuk Satgas Pangan dan Kejaksaan, guna kelancaran pelaksanaan operasi pasar dan sidak gudang distributor.
“Kami juga koordinasi dengan Polda untuk mengecek harga pasar, pemantauan untuk menghindari penimbunan pangan tersebut. Itu langkah yang kami lakukan dalam waktu dekat,” paparnya.
Nana menegaskan, terkait hal ini yang perlu dicermati peningkatan pergerakan orang yang menuju dan melintas Jawa Tengah selama Lebaran 2024. Sebab, tahun ini diperkirakan meningkat 25% dibanding periode Lebaran 2023.