Bahlil Golkar, Demokrasi dan Alien
- calendar_month 3 jam yang lalu

Prof. Didik J Rachbini, Ph.D.
“Ini semua merupakan barang asing dan alien-alien baru di dalam demokrasi,” kata Didik dalam rilisnya.
“Jika pemilihan langsung dikurangi pada sisi pilkada, maka kita bisa mengurangi alien-alien dan mesin-mesin AI tersebut masuk ke dalam demokrasi kita,” imbunya.
Tetapi jika kembali ke dalam sistem seperti dipraktekkan oleh presiden Soeharto, maka pembajakan demokrasi oleh elit terjadi kembali.
Menurut Didik, itu sama dengan keluar dari mulut harimau masuk ke mulut buaya, bahkan bisa lebih sadis lagi kebrutalan pembajakan demokrasi menjadi otoriter, seperti dulu.
Karena itu, mesin-mesin AI, buzzer dan alien-alien tersebut harus diatur oleh pemerintah.
“Di sini kementrian Komdigi masih gagap dan bingung dengan masalah interelasi demokrasi sejati dan kebebasan bicara dari anggota masyarakat dengan masuknya narasi berasal dari AI, yang cenderung manipulative,” jelasnya.
Demokrasi adalah kebebasan berbicara dari keinginan dasar “free will” manusia untuk menemukan pemimpinnya, tetapi hadirnya alien, buzzer dan AI di dalam pilpres dan pilkada merupakan cacat substansi dari demokrasi tersebut.
Sekarang nampaknya mulai terlihat robohnya demokrasi karena kehadiran alien tersebut. Tidak ada lagi wacana indah seperti dicontohkan elit pendiri bangsa. Yang hadir di dalam demokrasi liberal adalah dominasi alien ini.
Karena itu, parlemen harus mencari cara untuk mengatur dengan baik masalah ini agar demokrasi masa depan terhindaar dari kehancuran.
Didik juga mengungkapkan, manusia di dalam demokrasi mempunyai hak berbicara, seperti ada di dalam undang-undang dasar 1945.Tetapi AI, provokasi mesin, alien dan buzzer tidak memiliki hak bicara karena praktek yang dijalankan bukan dialog dan sharing ide kehendak, tetapi “blasting” manipulasi atas rakyat dari pihak yang menguasai uang dan mesin alien tersebut.
Demokrasi dan kebebasan berbicara dan berorganisasi berakar dari asas moralitas kemanusian, tetapi mesin-mesin-mesin tersebut adalah elemen manipulatif AI yang terlibat di dalam demokrasi tersebut dan tidak mempunyai fondasi moralitas.
- Penulis: Fahroji
- Editor: Fahroji