Peneliti The Lead Institute, Maya Fransiska, MA melalui presentasi bertajuk “Pemasaran Ekoturisme” menggarisbawahi strategi pemasaran haruslah sejalan dengan wawasan ekologis.
Maya menjelaskan, kerusakan lingkungan dan ekosistem terjadi karena banyak sebab, antara lain gagalnya tata kelola sampah dan tata kelola pembangunan destinasi wisata.
Karenanya, Maya menyampaikan tiga konsep utama pemasaran berkelanjutan yang dimulai dari pengarusutamaan keseimbangan manfaat bisnis, manfaat sosial, dan manfaat bagi lingkungan.
Kedua, tambah Maya, industri yang tidak eksplotitatif, yaitu membatasi secukupnya pemenuhan kebutuhan saat ini, sekaligus menjaga kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Pelaku industri pariwisata juga harus memperhatikan dampak positif atau negatif yang ditimbulkan proses produksi, pengemasan, konsumsi, dan siklus hidup produk secara keseluruhan,” jelas Maya.
Mengubah Mangrove Menjadi Produk Bernilai JualSesi pelatihan mengolah mangrove dipimpin oleh Pakar Mangrove Hani Dkoko, S.Si, M.Si dengan tema “Produk Olahan Mangrove: Teori dan Praktik”.
Hani menjelaskan bahwa rehabilitasi Mangrove menawarkan manfaat yang beragam, meliputi manfaat praktis seperti menahan abrasi, biologis, dan ekonomis.
Hani secara rinci memaparkan perbedaan jenis Mangrove yang dapat diolah. Ia menjelaskan Mangrove Sejati sebagai pembentuk utama ekosistem yang tumbuh di garis pantai terbuka dan menstabilkan garis pantai dengan salinitas tinggi.
Sementara itu, Mangrove Asosiasi adalah tumbuhan yang lebih toleran terhadap salinitas rendah, berada di wilayah transisi lebih dekat ke daratan, dan biasanya berada di balik Mangrove Sejati. Pemahaman zonasi ini krusial untuk menentukan jenis Mangrove yang dapat dipanen dan diolah.
Untuk memastikan produk olahan Mangrove dapat bersaing, sesi dilanjutkan dengan materi “Desain Kemasan dan Produk Olahan” yang dibawakan oleh Pakar Digital Branding, Suandri Ansah yang menyoroti urgensi pengemasan, terutama bagi produk rumahan berwawasan lingkungan.
Suandri menekankan dua fungsi utama kemasan, yakni fungsi praktis dan fungsi komunikatif. Menurutnya, kemasan bukan hanya untuk melindungi, tetapi juga sebagai media komunikasi merek dan “wajah” produk yang mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, termasuk untuk kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk.
