By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Jurnal PemalangJurnal PemalangJurnal Pemalang
  • Home
  • Berita Utama
  • News
  • Pendidikan
  • Kolom
  • Teknologi
    • Wisata
    • Video
Search
© 2025 Jurnal Pemalang. All Rights Reserved.
Reading: Diskusi Publik Paramadina: Mengapa Indonesia Tertinggal dalam Transisi Energi?
Share
Sign In
Notification Show More
Font ResizerAa
Jurnal PemalangJurnal Pemalang
Font ResizerAa
  • Home
  • Berita Utama
  • News
  • Pendidikan
  • Kolom
  • Teknologi
Search
  • Home
  • Berita Utama
  • News
  • Pendidikan
  • Kolom
  • Teknologi
    • Wisata
    • Video
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Redaksi
  • About
  • Contact
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
© 2025 Jurnal Pemalang All Rights Reserved.

Jurnal Pemalang > Berita Utama > Diskusi Publik Paramadina: Mengapa Indonesia Tertinggal dalam Transisi Energi?
Berita Utama

Diskusi Publik Paramadina: Mengapa Indonesia Tertinggal dalam Transisi Energi?

Kamis, 19 Juni 2025 | 20:03 WIB
By Fahroji
Share
SHARE

Iklan Banner

JURNAL PEMALANG – Institut Harkat Negeri bekerja sama dengan Paramadina Public Policy Institute dan Universitas Paramadina menggelar diskusi publik bertajuk “Mengelola Transisi Energi: Mengapa Indonesia Selalu Tertinggal?” di Auditorium Benny Subianto, Universitas Paramadina Trinity Tower Lt. 45, Rabu (18/6). Diskusi hybrid ini dipandu oleh Sudirman Said, mantan Menteri ESDM sekaligus Ketua Institut Harkat Negeri.

Dalam diskusi, Wijayanto Samirin, Ekonom Universitas Paramadina, menyoroti lambannya pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia. Ia menilai narasi lingkungan yang dominan kurang efektif karena kesadaran masyarakat yang masih rendah. “Jika narasinya diubah menjadi pertumbuhan ekonomi dan kemandirian bangsa, hasilnya akan lebih besar,” ujarnya.

Ia juga menyoroti lemahnya posisi EBT dalam dokumen strategis negara seperti RPJMN dan RPJPN, serta menilai target-target seperti COP21 dan JETP terlalu ambisius tanpa peta jalan yang realistis.

Sementara itu, Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, Dirjen EBTKE, menegaskan pentingnya transisi energi untuk mencapai ketahanan nasional dan pertumbuhan ekonomi. “Untuk pertama kalinya, RUPTL dan RUKN memasukkan hidrogen dan amoniak dalam bauran energi nasional,” ujarnya.

Namun ia mengakui tantangan besar, terutama dalam konsumsi listrik per kapita yang masih rendah dan ketimpangan pasokan listrik di beberapa wilayah, seperti Sulawesi dan Jawa yang kini berada di status “lampu kuning”.

Bhima Yudhistira, Direktur CELIOS, menekankan pentingnya pendekatan energi yang lebih adil dan partisipatif. Ia mengungkapkan bahwa masih banyak daerah mengalami kemiskinan energi meski rasio elektrifikasi tinggi. “Energi seharusnya dipandang sebagai hak dasar, bukan sekadar produk teknis yang dikuasai oleh segelintir akademisi atau konsultan mahal” tegasnya.

Ia juga mengkritik monopoli PLN dan ketidakkonsistenan kebijakan energi nasional, termasuk ironi ekspor-impor batubara dan nikel yang tidak mendukung kemandirian energi.

Paul Patar Butarbutar, Direktur PT JJB Sustainergy, menyoroti tantangan dalam implementasi Just Energy Transition Partnership (JETP). Ia menyebut target dekarbonisasi akan sulit dicapai tanpa pendanaan memadai dan kepastian kebijakan. “Kita hanya bisa bergerak sesuai dengan dana yang tersedia, yaitu sekitar 2,56 miliar dolar AS. Jumlah ini sangat terbatas jika melihat biaya pembangunan PLTU dan pembangkit EBT, termasuk jaringan transmisinya” jelasnya.

Paul mendorong insentif fiskal yang setara untuk EBT dan menekankan pentingnya regulasi karbon serta kejelasan PPA yang bankable.

Diskusi ini menggarisbawahi perlunya perubahan paradigma transisi energi—dari narasi lingkungan menjadi agenda ekonomi nasional yang melibatkan masyarakat secara aktif, inklusif, dan berkelanjutan.*

Iklan Banner

You Might Also Like

Orasi Ilmiah Wisuda Paramadina, Prof. Muhadjir Effendy: Pembangunan Harus Inklusif Berbasis Etika

Jusuf Kalla: Pemimpin Tangguh Harus Mengambil Keputusan Tepat Saat Krisis Datang

Creative Talk Paramadina Bedah Film Animasi “Jumbo”

Prof. Didik J. Rachbini Kembali Terpilih sebagai Rektor Universitas Paramadina

Refleksi Kritis Pemerintahan Prabowo Subianto Setelah Melewati Fase 100 Hari Pertama

TAGGED:energiPLTUTerbarukanUniversitas Paramadina
Share This Article
Facebook X Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link Print
Previous Article Tim Asistensi Layanan Polisi 110 Polda Jateng Cek Layanan Call Center di Polres Pekalongan
Leave a Comment Leave a Comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terkini

Tim Asistensi Layanan Polisi 110 Polda Jateng Cek Layanan Call Center di Polres Pekalongan
News
Rosan Roeslani di Universitas Paramadina: Investasi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi
News
Rekrutmen PPPK Untuk Guru Sekolah Rakyat 2025 Resmi Dibuka, Cek, Syarat & Jadwal Lengkapnya !
Berita Utama
OPD Pemalang Diharapkan Bantu Bupati Wujudkan Visi Bercahaya
News
Momentum Hari Lahir Pancasila Diharapkan Meningkatkan Semangat Persatuan dan Kesatuan di Pemalang
News
Artikel Trekait
Berita Utama

Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia

13 Min Read
Berita Utama

Universitas Paramadina dan LP3ES Gelar Diskusi Tata Kelola Danantara

4 Min Read
Berita UtamaPendidikan

Mahasiswa Desain Produk Universitas Paramadina Raih Prestasi di Modestwear Young Designer 2025

2 Min Read
Berita Utama

Universitas Paramadina Gelar Presidential Lecture Bersama Presiden RI Ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono

3 Min Read

Iklan Banner

Jurnal PemalangJurnal Pemalang
Follow US
© 2025 Jurnal Pemalang. All Rights Reserved. | Modul Pelajaran
  • Redaksi
  • About
  • Contact
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?